BPHN.GO.ID – Jakarta. Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tinggal menghitung hari. Usia negara ini akan segera menginjak 78 tahun. Meski demikian, perjalanan panjang menuju kesempurnaan masih menyisakan banyak tikungan berliku.
“Negara kita sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan,” ucap Penyuluh Hukum Ahli Utama, Audy Murfi, dalam Apel Pagi Pegawai di Lingkungan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Senin pagi (14/08/2023).
Menilik dari sisi hukum misalnya. Kerap kali terdengar keluhan tentang sejauh mana rasa keadilan hukum dapat diakses oleh masyarakat. Langkah pembaharuan dalam penegakan hukum pun perlu menjadi landasan berarti.
Begitu pula dari sisi ekonomi. Audy mengungkapkan bahwa angka kemiskinan di Indonesia tergolong tinggi. Mengutip data BPS pada Maret 2023, jumlah penduduk miskin Indonesia yaitu sebesar 25,90 juta orang. Hampir menyentuh 10% dari total seluruh penduduk di negara ini.
“Angka ini akan berpengaruh pada angka kriminalitas dan kesehatan warganya. Implikasi lebih lanjutnya yaitu pada stabilitas negara secara umum,” tambah Audy penuh empati.
Diperlukan langkah-langkah strategis dan inovatif dalam menghadapi kondisi tersebut. Dalam revolusi industri 5.0, transformasi digital dan pemanfaatan teknologi informasi menjadi satu hal yang wajib dilakukan saat ini.
Audy menyampaikan pengalamannya ketika mengikuti rapat penyusunan Indeks Pembangunan Hukum Nasional. Dalam rapat tersebut, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) merekomendasikan agar BPHN memanfaatkan teknologi informasi dalam pelayanan publik dan pekerjaan sehari-hari.
“Saya merespons bahwa BPHN telah melakukan pemanfaatan teknologi dan informasi. Terbukti dengan aplikasi yang diprakarsai oleh pusat-pusat di BPHN. Sistem Informasi Database Bantuan Hukum (SIDBANKUM) dan Sistem Informasi Perencanaan Hukum (SIRENKUM) jadi bukti konkret hal tersebut,” pungkas Audy dalam kegiatan yang berlangsung di Lapangan BPHN.
Teknologi adalah penopang perubahan, tapi takdirnya ada di tangan kita. Inovasi yang telah dilakukan tentu tidak lantas membuat BPHN besar kepala. Audy mengingatkan kepada seluruh pegawai BPHN untuk terus berinovasi dan mengikuti perkembangan serta kebutuhan masyarakat.
Di sela-sela amanat, sorotan tak sengaja mendarat pada dua wajah muda, Jason Surirdjo dan Davyn Sudirdjo. Keduanya adalah mahasiswa Indonesia yang merintis Startup MASA AI di Amerika Serikat. Mereka menghadirkan solusi kekinian, sebuah platform pembelajaran Bahasa Inggris berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence).
“Semoga hal seperti ini membangunkan semangat kita, utamanya kepada anak-anak muda yang ada di BPHN. Masa depan BPHN berada di tangan Bapak/Ibu semua. Kami hanya bisa mendorong dan mengingatkan supaya kita makin maju, terus berinovasi dan berorientasi pada masyarakat,” ujar Audy menutup amanatnya. (HUMAS BPHN)