BPHN.GO.ID - Jakarta. Mewujudkan aparatur sipil negara (ASN) yang profesional menuju Indonesia Emas 2045 itu ada rumusnya, salah satunya adalah harus mampu untuk mantap bekerja sama.
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Nico Afinta, mantap bekerja sama itu tak sekedar istilah. Mantap sendiri merupakan akronim dari iman, kemauan, dan pengetahuan. Berbicara iman, siapapun tahu bahwa berdoa itu penting. Berdoa itu bagaikan kompas bagi orang berlayar yang mengarungi lautan.
“Kalau pelaut tidak tahu arah utara, nanti bisa tersasar. Maka saya yakin di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia (BPSDM Hukum dan HAM) penguatan iman itu menjadi bagian penting. Kita semua juga harus sering-sering mengasah, memperbarui, dan mengupdate (iman) setiap hari,” kata Nico.
Lebih lanjut Sekjen Kemenkumham mengatakan, mantap itu tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi perlu kemauan.
“Seperti orang mendaki gunung, kalau naik ke puncak selalu mengawali dari bawah. Kalau melihat (dari bawah, gunung itu) tinggi sekali. Begitu kita melangkah, maka banyak tantangan, tapi kemauan yang membuat kita mencapai puncak itu,” ungkap Nico, Rabu (06/11/2024) siang.
“Jadi kemauan itu membuat seseorang bisa mencapai kesuksesan. Kalau sudah ada kompasnya, maka yang dibutuhkan adalah kemauan,” tambahnya.
Ketiga adalah pengetahuan, hal penting di dalam perubahan globalisasi dan digitalisasi. Nico mengatakan, kalau pengetahuan itu diibaratkan seperti lampu, pasti bisa menerangi dua komponen lainnya.
“Tiga gabungan ini kalau ada di seseorang maka dia mempunyai kepekaan rasa, kata hati nurani. Kalau sudah punya iman, punya kemauan, punya pengetahuan, maka sering dibisiki oleh hati kecil. Kalau sudah sering dibisiki hati kecil itu ikuti, dia tidak pernah salah,” ujarnya di Mercure Jakarta Batavia.
Poin penting lainnya, lanjut Sekjen Kemenkumham, adalah tentang teori kerja sama. Teori yang terdiri dari komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi itu terlihat mudah, namun sebenarnya sukar untuk diimplementasikan.
“Tapi saya meyakini bahwa tanpa komunikasi, apa yang menjadi keinginan organisasi kita tidak akan tercapai,” tutur Nico saat memberikan materi pada Rapat Koordinasi (Rakor) BPSDM Hukum dan HAM Tahun 2024.
“Jadi komunikasi itu penting. Ingatlah bahwa apa yang saya pikirkan, dengan yang teman-teman pikirkan itu tidak sama. Nah kalau komunikasi sudah baik, saya yakin koordinasi dan kolaborasi bisa berjalan baik. Tapi nomor satu komunikasi, datang, berbicara,” tambahnya.
Selanjutnya, terdapat empat pilar penting pendukung Indonesia Emas, yaitu ASN, masyarakat, swasta, dan media.
“Nah sudah tahu Mantap, sudah tahu kerja sama, maka change (perubahan). Lakukan evaluasi perubahan-perubahan itu sehingga, seperti yang diharapkan, SDM kita itu mampu adaptif dan transformatif,” tutupnya.