Page 30 - Warta BPHN - Tahun Ke IV Edisi XXI September - Desember 2017

Basic HTML Version

30
Warta BPHN
Tahun IV Edisi XXI September - Desember 2017
Dan yang terakhir dapat menurunkan
biaya, sosial media menigkatkan
efesiensi dari perusahaan. Antara lain
mengurangi biaya komunikasi karena
dengan sosial media setiap user adalah
“juru bicara”, dapat mengurangi biaya
riset karena sosial media memudahkan
untuk melakukan survey langsung
kepada konsumen dan mendapatkan
masukan langsung dari konsumen.
Adanya sosial media mem­
berikan sebuah channel baru bagi
perusahaan untuk berinteraksi secara
berbeda dengan konsumen. Sosial
media terkadang juga memberikan
efek yang kurang baik bagi sebuah
brand jika tanpa dikelola secara baik.
Dengan hubungan yang egaliter
antara pemilik brand dan user maka
selain memudahkan tersebarnya
pesan negatif. Tentu kita ingat akan
fenomena “koin Prita”, dengan hanya
sebuah pesan maka dampak negatif
dari pemilik brand dapat dengan
segera tersebar. Bagi sebuah organisasi
atau perusahaan yang tidak siap, maka
akan tergagap-gagap dengan arus
perubahan ini. Sebuahperusahaan atau
organisasi akan lebih terkontrol secara
sosial, oleh karena itu dibutuhkan
sebuah rencana dan pendekatan yang
baru untuk dapat masuk ke dalam
sosial media. Perusahaan yang masuk
ke dalam sosial media dengan dasar
“ikut trend”, tanpa rambu-rambu dan
tujuan yang jelas maka akan berjalan
stagnan dan cenderung akan tidak
produktif. Jika mampu dimanfaatkan
dan dikelola secara baik, maka dapat
memberikan banyak dampak positif
bagi perusahaan. Namun begitu juga
sebaliknya, tanpa adanya tujuan,
rencana dan rambu-rambu yang jelas
maka akan memberikan kerugian bagi
perusahaan.
Sosial media membagikan
infor­masi lebih cepat terhadap kon­
sumen dalam waktu singkat, saat
perusahaan mengunakan sosial media
untuk kebutuhan bisnis atau untuk
membagikan
informasi-informasi
mengenai bisnis perusahaan cukup
menekan tombol “
share
” pada setiap
sosial media sesuai dengan target
yang telah ditentukan. Dan pastikan
informasi yang dibagikan sesuai
dengan minat target konsumen.
Search
engine
membutuhkan
waktu berjam-jam bahkan hari atau
minggu agar konten yang baru bisa
perusahaan posting dan bisa muncul
di halaman pencarian. Tidak seperti
sosial media yang bisa menampilkan
dengan
real time
. Apapun yang
perusahaan posting di sosial media
maka akan langsung muncul di
time line sehingga bisa langsung
menghasilkan
traffic
ke website bahkan
penjualan. Hal ini tentu akan efektif jika
akun sosial media memiliki
follower
yang cukup banyak, jika perusahaan
tidak cukup banyak memiliki
follower
bisa
mempertimbangkan
atau
menggunakan jasa
influencer
. Sosial
media juga dapat menjangkau bisnis
perusahaan,
perusahaan
dapat
memanfaatkan sosial media dalam
melakukan pencarian produk atau jasa
yang mereka butuhkan. Kini pengguna
smartphone
semakin mengingkat
bersamaan juga dengan akses ke
sosial media. Alasannya sederhana
yakni karena lebih praktis.
Tetapi banyak juga perusahaan
yang mengukur efektifitas sosial media
karena mereka berpikir bahwa sosial
media itu gratis. Padahal siapa yang
bilang media sosial itu gratis? Secara
aplikasi dan fisik memang sosial
media tersedia secara gratis, tapi
mereka lupa bahwa satu pengukuran
akan efektifitas sosial media ini harus
dilakukan secara berkala dan dimintai
dengan baik dan secara terus menerus.
Bahkan di masa mendatang bisa saja
perusahaan-perusahaan akan dipaksa
oleh perusahaan-perusahaan sosial
media untuk membayar. Hal ini akan
dipicu oleh sulitnya mencari
Follower
dan fans yang baru. Belakangan ini
perusahaan juga semakin menyadari
bahwa mereka perlu target pasar
yang lebih tepat hal inilah yang
memicu
tumbuhnya
konsultan-
konsultan media yang mendedikasikan
pengukuran pasar, kampanye dan
promosi melalui sosial media. Namun
yang perlu disadari adalah pengukuran
dalam bidang sosial media ini adalah
satu strategi yang cukup baru dan
pengukurannya juga sangat relatif
karena
awareness
-nya lebih bersifat
non-fisik.
Salah satu hambatan yang besar
bagi perusahaan-perusahaan untuk
melakukan investasi dalammengadopsi
media adalah pengukuran. Sebagian
dari manajemen puncak masih
meragukan kemampuan sosial media
dalam menciptakan
awareness, brand
image
atau membantu pertumbuhan
penjualan.
Perusahaan-perusahaan
seperti ini masih sangat mengandalkan
media-media konvensional yang
memang sampai hari ini masih
memberikan dampak yang besar.
Dan ada juga perusahaan yang tidak
mengukur efektifitas sosial media
karena mereka berpikir bahwa semua
ini adalah gratis atau untuk saat ini,
perusahaan-perusahaan di indonesia
hanya mengeluarkan budget untuk
sosial media dalam jumlah kecil. Inilah
alasan mengapa banyak perusahaan
masih tidak memperhatikan masalah
pengukuran efektifitasnya, toh dengan
biaya kecil kesalahan yang dibuat tidak
terlalu beresiko. Namun bisa juga
karena memang perusahaan tidak
memahami alat pengukuran dalam
bidang sosial media. Selama satu tahun
ini pengukuran terhadap efektifitas
sosial media menjadi salah satu topik
yang menarik perhatian dari pada
praktisi media sosial. Berbagai alat
pengukuran yang sederhana hingga
alat pengukuran yang
sophisticated
telah beredar. Di satu sisi semuanya
ini berguna hanya saja yang menjadi
tantangan bagi para CEO dan CMO
adalah mengintegrasi keseluruhan dari
alat-alat ukur ini.(SL)